HULAAAAA

hahaha buka buka blog gue iiiih :D
tapi, makasih deh udah berkunjung dan gue lebih berterimakasih lagi kalau lo dengan senang hati ngefollow :p oke ?
mau tau isi blog gue ? baca aja deh heheh

Thursday, September 30, 2010

love never change [part 2]

“Saranghe Oppa”

“aku juga hyemi. Jaga dirimu ya”

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Tapi dia siapa ? Kenapa kamu harus berbohong padaku? Kalau kau memang mencintainya, menyukainya, lepaskan aku! Akhiri hubungan ini. Jangan buat aku semakin merasa tak dapat meraihmu!” teriakku ditengah isakku.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


3 tahun lalu…

Aku bersungut menatap ayah dan ibuku. Kalau tak karena seretan ayah dan makian ibu aku tak akan ikut mereka kesini. Korea. Kenapa aku harus disini ?

“Ini anakku hyemi, nama Indonesianya Intan.” Ayah mengenalkanku pada teman lamanya ketika ia kuliah di Korea dulu.

“Hyemi-ssi, senang berkenalan denganmu. Kenalkan aku Park yong-woon dan ini istriku Kim Na-young”

“Senang berkenalan dengan kalian” balasku dengan bahasa korea yang baru saja ayah ajarkan pada ku 3 jam yang lalu. Ini mengapa aku tak suka kedaerah korea, jepang, cina, atau didaerah manapun yang tak memakai bahasa inggris sebagai bahasa utamanya. Aku tak bisa bahasa mereka !

Jika bukan karena liburan dan bukan karena ayah pernah kuliah di korea dulu dan memiliki teman baik di sini aku tak akan pernah menginjakkan kaki disini. Aku hanya diam sambil memainkan handphoneku dan iseng membuka album foto dan melihat-lihatnya kembali. Secara aku tak mengerti dengan apa yang mereka katakan, aku hanya bisa diam dan memerhatikan sesekali. Ayah fasih sekali berbahasa korea, ia cukup lama di korea, bahasa korea sudah mendarah daging untuknya. Untuk Ibu, dia dulunya sangat menyukai segala hal tentang korea. Tentu saja dia mengetahui beberapa bahasa korea, lagipula dia juga rajin menonton drama korea hingga sekarang.

“Miane, aku terlambat”

Aku menengok kearah orang yang baru saja memasuki restoran. Aku menatapnya untuk pertama kali. Satu satunya manusia di bumi ini yang bisa menggetarkan hatiku saat itu juga. Membuat ku tak bisa berpaling darinya, bahkan berkedip. Itu pertama kalinya aku melihat Jungsoo dan dari situ aku mengenalnya. Ia adalah anak dari teman baik ayahku. Namanya Park Jungsoo.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Aku tak seperti itu ! aku tak ada apa apa dengannya. Percaya padaku hyemi ya! Aku hanya mencintaimu!”

“Lebih baik kau lihat apa yang terjadi di internet, lebih baik kau lihat semua apa yang sudah aku lihat.”

‘klik’ aku memutuskan hubungan teleponnya dan segera mencopot batere handphoneku dan melemparnya kelantai. Aku menelungkupkan diri dan menutup mukaku dengan bantal meredam tangisanku

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk kesekian kalinya aku mengecek mukaku di kaca. Bengkak. Mataku bengkak dan memerah disekitarnya dan memiliki kantung mata. Aaaah, apa yang aku lakukan tadi malam ? menangis semalaman ? Babo ! kau bodoh tan ! Aku menelungkupkan diriku diatas meja dan menekan mataku yang memanas ketika di tekan tapi aku menikmatinya. Sakit ini tak seberapa dibanding sakit dihatiku

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“YAAMPPUUN TAAN ! kamu kenapaa ??” seperti biasa temenku yang satu ini, lebaynya minta ampun.

Aku tersenyum, “aku tidak apa apa ndah, hanya sedikit kecapekan tadi malem tidak sempat tidur”

“aduh, kan aku sudah bilang kalau mau nonton bokep ya toh tau waktu lah” selorohnya

“Huahahahhahaha, jangan samakan aku dengan pacarmu itu”

“Hey, jangan sangkut pautkan hyuk disini ya! Dia tak seperti yang kau bayangkan tapi seperti apa yang ku bayangkan heee, hihihi” indah memulai khayalannya dan mulai cengar cengir ga jelas.

Biarlah dia berada di dalam khayalannya. Mungkin asik bisa mempunyai kemampuan khayal setinggi Indah. Kalau saja Hyuk itu benar pacar dia, kalau saja itu semua bukan khayalannya semata mungkin akan sangat lucu dan bahagia melihat mereka berdua bersama.

Aku menatap sekeliling gedung kuliahku. Aku duduk di bawah pohon yang tinggi dan daunnya lebat, dan Indah duduk disebelahku masih meneruskan khayalannya. Semua ini tenang dan nyaman. Aku sangat berharap semua yang terjadi kemarin tak pernah terjadi. Aku menutup mataku merasakan udara, menghirupnya dan mendengarkan suara angin. Tapi semua itu serasa tak mungkin ketika banyak orang lalu lalang di sekitarku, tapi aku berusaha membuatnya mungkin. Karena aku membutuhkannya sekarang.

Untuk beberapa saat aku menutup mata, aku terus berusaha meredam suara orang berbicara dan orang berjalan dan tertawa dan berusaha mendengar suara angin dan merasakan kenyamanan ini. Sampai akhirnya, aku rasa aku berhasil. Aku bisa meredam suara mereka, celotehan, tawa dan langkah kaki mereka. Aku tersenyum puas dan menarik napas sekuat tenaga.

“Aku senang melihatmu tersenyum, teruslah tersenyum”

Aku menahan napas ku dan mengerutkan dahiku. Apa yang barusan kudengar. Sepertinya suara itu sangat aku kenal tapi tak mungkin. Apa yang ada diotak ku. Aku menggelengkan kepala dan menjitak kepalaku pelan berusaha menyadarkan diriku ke kenyataan.

“Berhenti melakukan itu hyemi-ssi. Aku tak tahan melihatnya.”

Aku yakin! SANGAT YAKIN! Itu Jungsoo! Aku membuka mataku perlahan dan apa yang aku lihat? Ini kenyataan atau mimpi? Apa-apaan ini semua? Kenapa dia ada disini berdiri didepanku dengan senyumnya dan dengan semua yang ada didirinya tak kurang satupun. Aku melihat kesekeliling mengecek aku tak bermimpi. Aku melihat kesamping dan mendapati Indah sedang melongo menatap ke arah Jungsoo dan aku melihat semua orang bahkan bisa dibilang satu orang yang berada di gedung kuliah ku berhenti melakukan aktifitas dan melihat dengan jelas, dengan terpana orang yang berdiri di depanku. Bahkan aku bisa merasakan tatapan mereka memuja kearah Jungsoo.

“hyemi-a, kau tak sedang bermimpi. Ini aku, Oppa-ya” Jungsoo meyakinkanku dan mendekatiku lebih dekat bahkan duduk disampingku dan tersenyum.

Senyum itu, senyum malaikat itu, senyum yang aku lihat ketika pertama kali aku bertemu dengannya. Dia, Jungsoo, Oppa, benar disampingku dan ini semua yang jelas bukan mimpi!

Aku memelototinya tanpa kedip

“Lihat, apa yang sudah aku lakukan padamu” dia mengelus mataku yang mungkin masih terlihat memerah dan sedikit bengkak, lalu ia memegang tanganku dan menggandengnya.

“Ayo, sepertinya kita harus mencari waktu berdua” ia menarikku dan membawa ku keluar dari gedung kuliah diikuti berjuta tatapan. Iri, terharu, membunuh. Tapi, yang jelas aku lihat adalah tatapan iri.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Maaf Oppa, aku tak tau ini membuatmu bahagia atau menyakitimu aku tak tau. Tapi aku tau ini yang terbaik untukku dan pasti ini sangat terbaik untukmu”

“Apa yang kau katakan hyemi? Hentikan omong kosong ini! Untuk apa aku terbang jauh dari korea kesini dan menghancurkan semua jadwal ku hanya untuk berbaikan denganmu? Apakah pengorbananku itu tak bisa kau lihat? Kurang?”

“Tidak Oppa, sampai kapanpun kita tak akan pernah cocok. Tak ada takdir diantara kita. Takdir yang ada bahkan menyakiti satu sama lainnya. Yang kau butuhkan bukan yang kau inginkan. Yang kau inginkan sudah pasti yang kau butuhkan. Kau membutuhkan ku tapi kau menginginkan Hye ra dan kau membutuhkannya. Sudah terlihat dengan jelas. Aku tak bisa berada disampingmu disaat kau jatuh sedikitpun. Ketika kau senang, sedih, stress. Aku tak ada disampingmu. Aku hanya bisa menjadi orang yang melengkapimu tapi tak akan pernah menjadi yang kau inginkan. Hye ra adalah segalanya bagimu dan kau menemukannya sekarang.”

“Hyemi! Hentikan! Kau berbicara ngawur! Hye ra bukan siapa siapa ku dan tak akan pernah menjadi siapa siapaku!”

“Oppa, aku tau apa yang kau rasakan. Jangan pernah berpikir kasihan padaku. Aku baik baik saja, pasti. Aku akan selalu mendukung segala yang kau lakukan. Ya oppa ?” aku menghampirinya yang menunduk dan memegang wajahnya. Untuk beberapa detik tatapan kami bertemu. Aku bisa merasakan dimatanya. Keraguan, kehancuran, dan kesedihan. Aku tak bisa menahan tangisku lagi ketika aku menatapnya. Dia menghapus air mataku sambil menggeleng. Aku tersenyum dan memeluknya, anggap ini pelukan untuk terakhir kalinya dan doakan untuk kebahagiannya. Dia memelukku dengan erat hingga aku tak bisa bernapas karena sesak. Dia memelukku dengan dalam, dengan berjuta perasaan yang ia luapkan. Ia tak menangis tapi aku tau dia hancur. Dia hanya belum tau apa yang dia mau, aku hanya memperjelas apa yang ia mau. Aku melepas kan pelukannya

“selamat tinggal Oppa. Jaga dirimu dan kesehatanmu. Ha, apa yang aku lakukan, tangisanku tak berhenti hehe.” Aku tersenyum sambil menghapus air mata yang tak kunjung habis.

Dia menatapku dengan dalam dan aku berbalik. Dia menarik tanganku, tapi aku tak berbalik.

“Kau yakin dengan semuanya hyemi-ya? Aku tak akan bisa tanpamu.” Bisiknya lirih. Lalu ia memelukku dari belakang dan berbisik “saranghaeo hyemi"

Aku melepaskan diri dari pelukannya dan berlari sejauh yang aku bisa. Aku tak bisa melihat wajahnya dan mengatakan bahwa aku menginginkannya dan tak ingin semua ini terjadi. Tapi semua ini terjadi tak akan bisa kembali

love never change [part 1]

“apa itu semua benar ? apa yang diberitakan dan apa yang sedang dibicarakan itu benar ?” aku menatap orang yang duduk didepan ku dengan berbagai juta perasaan. Sedih, hancur, rapuh, terluka

Dia memandang ku dan berkata “tidak, kau tenang saja. Semua sedang aku dan jungsoo bereskan. Semua berita itu akan hilang dalam sebulan ini”

Aku menunduk menyimpan tangisan ku dan berusaha menahannya. Aku kembali mengingat apa yang ku lihat seminggu yang lalu di internet.

Bertebaran foto jungsoo dengan wanita itu. Hye ra. Namanya hye ra. Wanita itu bukan penyanyi bukan juga artis. Dia hanya orang warga Negara korea biasa, tetapi karena ia sahabat dari Sulli (fx) dia jadi dikenal oleh netizen dan warga Negara korea. Bukan karena beritanya aku terluka, tetapi karena aku melihat cara mereka berfoto. Kebetulan ada beberapa foto yang diambil secara diam diam oleh para stalker dan bocoran foto itu sendiri dari Sulli melalui cyworldnya. Aku sedih melihat jungsoo merangkulnya dengan mesra. Melihatnya tertawa berbicara bersama dengan hye ra. Melihatnya menatap hye ra dengan tatapan ia menatapku 5 tahun lalu.

Aku menatap kwang wo, manager jungsoo, “baiklah. Terima kasih kau sudah menyempatkan diri kesini ahjussi”

“ah tidak, ini juga adalah pesan dari jungsoo sendiri sehingga aku dipaksa ke Indonesia untuk menjelaskan semuanya padamu. Dan dia sangat menyesal tidak bisa dia sendiri yang kesini. Dia mohon kamu mengerti dia. Dia mencintaimu hyemi-ssi”

Aku menatap kwang wo ahjussi untuk kesekian kalinya dan tersenyum dengan mata berkaca kaca.

“aku mohon diri ahjussi. Sepertinya sudah waktunya aku pulang, kalau tidak omma bisa menelponku dan memakiku. Gomawo sekali lagi ahjussi. Jaga dirimu dan sampaikan salamku pada jungsoo oppa”

Aku membungkuk sedikit dan kwang wo pun membalasnya. Aku melangkah kan kaki ku keluar dari café itu dan melihat jam tanganku. “jam 9, mudah mudahan busway terakhir masih ada” batinku dan mempercepat langkah kakiku menuju stasiun busway.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku duduk dikursiku. Menatap orang orang yang menatapku dan kembali berbicara lalu melihatku lagi dan kembali berbicara sambil berbisik. “sebenarnya ada apa ini ?” batinku. Ya, seperti yang kalian baca, aku masih kuliah. Umur ku sekarang 24 tahun. Mereka semua memperhatikanku lalu berbisik. Tapi aku berusaha mengabaikannya dengan membaca buku yang sedari tadi ku pegang .

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Aku menghirup udara perlahan dan mengeluarkannya. Haaa…lega sekali rasanya. Aku mengotak atik handphone ku dan iseng melihat sms ku dengan jungsoo seminggu lali. Aku tersenyum.

“TAN !”

“Ya ampun LIA ! kamu ngagetin aja !”

“Heheh, aku ada gossip tauuu”

“Apa?” ujarku kurang tertarik sambil tetap mengutak atik handphoneku

“Kamu wanita bayaran yah ?”

Seketika itu juga dalam waktu 0,5 detik aku memalingkan wajahku menatap kedua mata Lia dengan aneh.

“Gosip kampungan darimana tuhhh?!” ujarku dengan sengit

“ih jangan marah sama aku dong, gossip itu daritadi pagi sudah ada. Katanya kemarin ada yang melihatmu di café sama om om gituuu”

“Kemarin ? Om om ? café ?” Aku mengingat kejadian kemarin ketika aku hanya menghabiskan waktu ku bersama dengan kwang woo ahjussi dan detik berikutnya aku tertawa terbahak bahak

“Tan, ish, bener ya ? kamu cewe bayaran ? Tan, INTAN !” Lia berteriak memanggilku yang makin menjauh, karena aku ingin segera sampai dirumah mengecek apa yang dikatakan temenku benar atau tidak di sms dia barusan

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Sepertinya hubungan Leeteuk dan Hye ra semakin memanas, kamerin mereka ditemukan bersama berdua dibelakang panggung ketika Leeteuk ingin tampil untuk sebuah acara”

Ini adalah penyebab mengapa aku tiba tiba berlari meninggalkan Lia. Salah satu temanku memberitahu tentang hal ini. Aku melihat candid an dan satu fancam dari fans yang ada disana. Aku terduduk menatap handphone ku. Sudah berapa kali aku berusaha menulis dan kembali menghapus lalu menulis lagi lalu menghapus lagi. Sampai akhirnya aku menutup handphoneku dan berbaring dikasur berharap semua yang kulihat barusan hanya mimpi.

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Hari ini hari apa ? Minggu ya ? waaaaaa…..minggu yang indah !

Aku tersenyum dan kembali membuka handphone dan masuk ke inbox pesanku untuk ke 10 kalinya. Jungsoo meng-smsku ! IYA ! SMS ! hehhe

Isinya, “Jagiya, bogoshiposoyo”

Kyaaaaa ! aku juga kangen kamu opppaaa ! Dan aku memutuskan menelponnya saat itu juga

niga animyeon andwae neo eobsin nan andwae na ireoke haru handareul tto illyeoneul na apado joha nae mam dachyeodo joha nan

“Yeoboseyo” orang diujung sana mengangkat. Ya, diangkat. Tapi itu bukan suara Oppa, Itu suara wanita.

‘klik’ aku memutuskan hubungan telepon saat itu juga. Aku yakin itu bukan suara ibunya atau Noona-nya, bahkan juga bukan suara bibi yang biasa memasak di dorm-nya.

Ajikggaji mothaejun geumal moki meyeo sikeunhan geumal nuguboda saranghae ojik neowa na nannana nannana nanna I sungani haengbokhae jeongmal naege waseo gomawo jeongmal nareul da julhan saram ojik neowa na nannana nannana baro neo

Aku menatap layar handphoneku. “Jungsoo” calling

Aku terdiam hingga aku sadar Jungsoo sudah menelpon ku hingga 20 kali tapi tak ada satu pun aku jawab. Ketika handphone ku berbunyi untuk ke 21 kalinya, aku memutuskan mengangkatnya.

“Yeobo…”

“HYEMI-AAH” selak Jungsoo sebelum aku sempat mengucap salam

“Ne,”

“Bogosiposoyo hyemi-a. Apa yang kau lakukan sekarang ?”

“Aku ? tak ada yang kulakukan”

“Ohya ? Kau tak memikirkan ku ? tak rindu padaku ?”

“Apakah harus aku merindukanmu ?”

“Mwo ? Mworago ?”

“Aniyo, lupakan. Oppa, kau sedang apa?”

“Aku sedang berada ditempat latian bersama para member dan yang lainnya”

“Bogosiposoyo hyemi-a” ujarnya tiba tiba

“oppa, aku…”

“HYUNG ! ayo cepat !” terdengar sautan diseberang sana

“nugu ? Kau mau kemana?” tanyaku tak rela. Baru saja ingin ku tanyakan skandal dia dengan Hye ra

“Minho-ssi. Aku mau membeli sarapan untuk yang lain, mere…”

“Jungsoo Oppa” terdengar lagi sautan diseberang

“Siapa itu Oppa ?” kecurigaan ku dan apa yang selama ini ku pikirkan kembali datang

“Oh itu,um. hyemi, oppa akan mengabarimu lagi nanti ya. Aku buru buru sekarang, miane”

“Oppa !” aku tercekat memanggilnya

“Ne ?”

“Saranghe Oppa”

“aku juga hyemi. Jaga dirimu ya”

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Tapi dia siapa ? Kenapa kamu harus berbohong padaku? Kalau kau memang mencintainya, menyukainya, lepaskan aku! Akhiri hubungan ini. Jangan buat aku semakin merasa tak dapat meraihmu!” teriakku ditengah isakku.

Thursday, September 23, 2010

1

aku berdiri menatap bangunan gedung bertingkat di dalam dorm ku melalui jendela. Semua member pergi. Mereka sekarang mulai sibuk dengan kegiatannya masing-masing.
“baguslah, mereka belajar mandiri dan impian mereka tercapai” batin ku sambil tersenyum
Aku mengambil handphoneku dari kantongku dan memencet nomor yang sudah ku hapal diluar kepala

"Pyuhngsaeng gyuhte isseulge (I do) Nuhl saranghaneun guhl (I do)Nungwa biga wado akkyuhjumyuhnsuh (I do)Nuhreul jikyuhjulge (My love)"

Aku tersenyum mendengar nada sambung tersebut
“yeoboseyo” sahut seseorang dari seberang
Aku tersenyum dan berkata “umma, bogoshiposoyo”

=========================================================================
Dikediaman Park –

“omo, anakku, aku kangen sekali padamu. Ayo masuk, umma sudah siapkan air panas untukmu mandi dan makanan kesukaanmu. Ayoo” ajak umma sambil membawa kan tasku
“umma, mian, selama ini aku tak memberi kabar dan terus membuatmu menelepon dan mengkhawatirkan ku. Mianheyoo” aku memeluknya cukup lama hingga membuat ummaku menangis, tapi anehnya aku tak menangis
“sudah sudah, ayo masuk ke kamarmu dan siap siap untuk makan malam bersama noona dan appa yang sebentar lagi pulang” omma menghapus air matanya dan mendorong ku masuk ke kamar

======================================================================
Aku masuk kekamar dan mulai memerhatikan sekeliling. Terlihat foto ku waktu kecil bersama appa, omma, dan noona. Dan foto ku bersama teman temanku ketika SD dan SMP. Beberapa piagam dan piala yang pernah ku raih ketika aku SMP dan SMA masih tersusun rapih didalam lemari kaca dipojok kamarku. Aku memegangnya dan tanpa terasa air mataku menetes
“apa ini ? perasaan apa ini ? kenapa aku menangis ?”
Aku menghapus air mataku dan bersiap untuk mandi

================================================================
Aku sangat berharap kalau appa dan noona hari itu tidak bisa ikut makan malam menyambut kedatanganku. Aku tak begitu suka dengan kemeriahan. Tapi keinginanku tak terwujud. Ketika aku melangkah kan kakiku ke ruang makan. appa, omma, dan noona sudah duduk dengan manis, menunggu ku dan langsung tersenyum ketika melihatku muncul
“jung-soo yah” panggil appa sambil menyuruhku duduk di bangku di sebelah kirinya. Aku berjalan perlahan dan duduk. Disebelah kananku appa, didepanku omma dan noona
“hey jungsoo yah, kau tak kangen padaku ?” canda noona sambil pura pura ingin memukulku dengan sendok. appa dan omma tersenyum. Aku hanya bisa menyengir melihat noona yang tak pernah berubah, masih tetap seperti dulu
“ayo makan” appa memberikan daging kedalam mangkukku. omma dan noona pun juga begitu. omma memberikan semangkuk sop dan disodorkan padaku. Dan noona memberikan ikan kedalam mangkukku. Tanpa berpikir panjang aku makan dengan lahap. Aku tak ingin kehilangan momen ini. Melihat semua tersenyum didepan mataku.

============================================================================
Aku menatap layar handphone ku. Tak ada message dan telpon dari siapapun
“HEY”
“apchagi! Aigooo, noona yah. Kau ingin membuatku mati kaget ?”
“hahahah siapa suruh kau melamun. Hayoooo mikirin siapa ? ayo jujur sm noona”
“tidak, tak memikirkan apa apa” aku berbaring dan menutupi tubuhku dengan selimut
“jungsoo ah, dengarkan noona. Didalam kehidupan itu tak ada yang namanya kebahagiaan abadi, dan tak ada hal dapat didapatkan semudah kau membalik telapak tangan. Semua hal butuh perjuangan untuk mendapat kesuksesan dan kebahagiaan”
“aku tahu”
“lalu ?” noona melihatku dengan tatapan aneh.
Aku bangun dan terduduk, aku menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya aku menangis. Ya, aku menangis. Tanpa sadar air mata itu terus keluar dan berjatuhan. Aku tak tahu air mata itu keluar seberapa banyak sampai akhirnya noona memelukku dan mengelus punggungku, berusaha menenangkanku
“tenang adikku sayang, kau tidak apa apa. Ssttt…”
Aku tak tahu berapa lama aku menangis sampai akhirnya aku terdiam dan aku menatap noona dan terucap,
“aku tak mau berakhir noona. Aku tak ingin semua ini berakhir. Aku tak ingin kebahagiaanku berakhir. Egoiskah aku ?”
Noona menatapku dengan aneh, tapi aku tak peduli, aku meneruskan ucapanku
“aku tak ingin berpisah dengan mereka. Aku tak ingin kebahagiaan ku berakhir. Aku tak ingin super junior seperti ini noona. Aku tak ingin terpecah noona........” aku menunduk dan air mataku keluar lagi,
"tolong aku....." isakku ditengah tangisan
aku heran mengapa aku begitu rapuh kali ini
“jungsoo, tidak ada kebahagiaan yang abadi. Aku mengerti perasaanmu. Aku tau. Semua manusia egois, termasuk noona. Tapi apa kah kau tak pernah berpikir bahwa ini semua takdir dari Tuhan untukmu dan semuanya ? semua kebahagiaan dan keberhasilan membutuhkan pengorbanan jungsoo yah”
“tapi noona, aku tak mau hangeng pergi. Aku tak mau kibum pergi. Aku tak mau semuanya jadi hancur seperti ini.”
“jungsoo, apakah kamu pernah berpikir bahwa ini mungkin keputusan dia untuk bahagia. Dia menemukan kebahagiaannya dan keberhasilannya membutuhkan pengorbanankan ?”
“jadi maksud noona dia meninggalkan kita untuk mendapatkan kebahagiannya ?”
“tidak, bukan kalian yang dikorbankan. Tapi dia mengorbankan dirinya. Dia mempunyai beribu alasan yang pasti mengapa ia meninggalkan kalian demi kebahagiaan dan kesuksesannya sekarang. Kamu seorang leader, pasti kamu tau gimana caranya membahagiakan dongsaeng mu.”
noona mengelus kepalaku.
Aku terdiam dan berpikir. Mencerna tiap kata yang noona ucapkan.
“ingat, hangeng pergi untuk mencari kebahagiaannya. Kibum pergi karena ia ingin mencari kebahagiaannya juga. Mungkin hangeng sudah menyerah tapi kibum tidak. Kita hidup selalu dihadapkan pada dua pilihan. Pasti. Semua tergantung kamu bisa memilih dengan benar atau tidak demi kebahagiaanmu dan yang lainnya. Anggap saja, hangeng sama sama berjuang dengan kalian. Bedanya dia sendiri, kalian bersama. Kamu leader, kamu tau harus berbuat apa”
Setelah berkata seperti itu, noona tersenyum dan beranjak keluar
“noona,” noona menghentikan langkahnya dan berbalik menghadapku
“terima kasih, aku tau aku harus berbuat apa” aku tersenyum dan ia membalasnya
Sesudah ia keluar dari kamarku. Aku menatap lagi layar handphone ku untuk kesekian ribu kalinya. Aku memencet layarku dan melihat-lihat kontakku

"Ja iruhna Da iriwa Mak heundeuruh (Ni saenggak modu) Just shake it up Shake it up"

Aku tersentak tiba tiba handphone ku berdering lalu aku melihat layar handphone ku
“heenim” kata itu tertulis dilayar handphoneku. Aku tersenyum.

“yeoboseyo” sahutku
“JUNGSOYAH ! dimana kau ?! pergi tak bilang bilang ! kami mencarimu di seluruh penjuru dorm, kau tak ada ! kemana kau ?!” teriak heechul dari seberang telpon. Aku tersenyum mendengarnya dan aku masih bisa mendengar suara berisik ketika heechul berbicara.
“mian, aku dirumah.”
“dirumah ? dimana ? kau tak ada. Kau jangan bermain main denganku, lebih baik kau cepat katakan kau dimana sebelum akhirnya kami sendiri yang menemukanmu”
Sebelum aku menjawab, terdengar seseorang merebut handphone heechul lalu berbicara denganku
“HYUNG, odiyo ? kemari cepat ! eeehhh weyooo” donghae terdengar marah ketika telponnya direbut
“hyung, ini ryeowook. Odiyo ? aku sudah masak untukmu dan semuanya, kau dimana hyung ? eh tunggu sebentar”
“yeoboseyo ? hyung ? ini sungminnie. Odiyo hyung ? pulang cepat !”
“hyung ? kau mau mati ya ? cepat pulang !” aku tertawa mendengar kyuhyun berbicara seperti biasanya
“hyung ? eunhyuk disini. Hyung, pulang lah. Kita minuuum heheh”
“minum ?! andweee kau tak boleh minum ! kau sudah cukup minum” terdengar sungutan donghae diseberang
“aaahhh kenapa ? kapan lagi aku minum bersama kalian ?” eunhyuk merajuk
“andwe andwe andwe” donghae bersikeras
“yaaaahhh kenapa ? donghaeyah !” terdengar suara eunhyuk menjauh.
sepertinya mereka bertengkar lagi hehehe, pikirku.
“halo hyung ? siwon disini hehe”
“siwon ? kau disana ? kau tidak shooting ?” ujarku terkejut
“tidak hyung, aku dapat cuti 3 hari. Kau dimana ? aku jemputmu”
“oh araso. Aku dirumahku”
“dirumahmu ? ya sudah aku segera kesana ya hyung”
“baiklah. Aku tunggu.”
“bye hyung”
Klik. Siwon menutup telponnya dan ketika ia berbalik, semua mata menatapnya.
“dimana leeteuk ?”
“dimana hyung ?”
“kau mau kemana?”
“ya ! siwon yah, aku belom berbicara dengan hyung ! kauuuuuuu” shindong siap siap mengejar siwon bersama yang lainnya tetapi Siwon segera berlari keluar menghindari celotehan mereka semua dan segera pergi menjemput teuk hyung

Aku menatap layar handphone ku dan tersenyum senang.
“mengapa aku harus merasa kehilangan ? mereka ada buatku dan akan selalu ada”
Aku mengambil jam tanganku dan mengepak bajuku. Menunggu siwon menjemputku

Sunday, September 19, 2010

they call me crazy

Mungkin aku bukan leeteuk, aku juga bukan kaka-adik atau sepupunya, aku bukan siapa siapa dia, tapi, aku mencintainya. Aku mencintainya sebagai seorang ELF. Seorang penggemar dan hanya akan selalu sebatas itu. Aku tak pernah minta lebih, walau aku sangat ingin keajaiban itu benar ada dan mempertemukan aku dengannya secara bertatapan muka walau hanya sekali seumur hidupku. aku tak gila, tapi aku mencintainya. Mengaguminya dan menghormatinya sebagai seorang leader dalam super junior, sebagai seorang adik dalam keluarganya dan sebagai seorang teman, senior atau pun junior di antara orang orang yang mengenalnya. Aku tak tahu banyak tentangnya, tapi aku cukup mengerti dan mengetahui tentang dirinya. Aku bukan siapa siapanya dan tak akan pernah jadi siapa siapanya. Aku tak pernah meminta lebih, tapi aku sangat ingin keajaiban itu benar ada