HULAAAAA

hahaha buka buka blog gue iiiih :D
tapi, makasih deh udah berkunjung dan gue lebih berterimakasih lagi kalau lo dengan senang hati ngefollow :p oke ?
mau tau isi blog gue ? baca aja deh heheh

Thursday, September 30, 2010

love never change [part 2]

“Saranghe Oppa”

“aku juga hyemi. Jaga dirimu ya”

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Tapi dia siapa ? Kenapa kamu harus berbohong padaku? Kalau kau memang mencintainya, menyukainya, lepaskan aku! Akhiri hubungan ini. Jangan buat aku semakin merasa tak dapat meraihmu!” teriakku ditengah isakku.

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------


3 tahun lalu…

Aku bersungut menatap ayah dan ibuku. Kalau tak karena seretan ayah dan makian ibu aku tak akan ikut mereka kesini. Korea. Kenapa aku harus disini ?

“Ini anakku hyemi, nama Indonesianya Intan.” Ayah mengenalkanku pada teman lamanya ketika ia kuliah di Korea dulu.

“Hyemi-ssi, senang berkenalan denganmu. Kenalkan aku Park yong-woon dan ini istriku Kim Na-young”

“Senang berkenalan dengan kalian” balasku dengan bahasa korea yang baru saja ayah ajarkan pada ku 3 jam yang lalu. Ini mengapa aku tak suka kedaerah korea, jepang, cina, atau didaerah manapun yang tak memakai bahasa inggris sebagai bahasa utamanya. Aku tak bisa bahasa mereka !

Jika bukan karena liburan dan bukan karena ayah pernah kuliah di korea dulu dan memiliki teman baik di sini aku tak akan pernah menginjakkan kaki disini. Aku hanya diam sambil memainkan handphoneku dan iseng membuka album foto dan melihat-lihatnya kembali. Secara aku tak mengerti dengan apa yang mereka katakan, aku hanya bisa diam dan memerhatikan sesekali. Ayah fasih sekali berbahasa korea, ia cukup lama di korea, bahasa korea sudah mendarah daging untuknya. Untuk Ibu, dia dulunya sangat menyukai segala hal tentang korea. Tentu saja dia mengetahui beberapa bahasa korea, lagipula dia juga rajin menonton drama korea hingga sekarang.

“Miane, aku terlambat”

Aku menengok kearah orang yang baru saja memasuki restoran. Aku menatapnya untuk pertama kali. Satu satunya manusia di bumi ini yang bisa menggetarkan hatiku saat itu juga. Membuat ku tak bisa berpaling darinya, bahkan berkedip. Itu pertama kalinya aku melihat Jungsoo dan dari situ aku mengenalnya. Ia adalah anak dari teman baik ayahku. Namanya Park Jungsoo.

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Aku tak seperti itu ! aku tak ada apa apa dengannya. Percaya padaku hyemi ya! Aku hanya mencintaimu!”

“Lebih baik kau lihat apa yang terjadi di internet, lebih baik kau lihat semua apa yang sudah aku lihat.”

‘klik’ aku memutuskan hubungan teleponnya dan segera mencopot batere handphoneku dan melemparnya kelantai. Aku menelungkupkan diri dan menutup mukaku dengan bantal meredam tangisanku

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Untuk kesekian kalinya aku mengecek mukaku di kaca. Bengkak. Mataku bengkak dan memerah disekitarnya dan memiliki kantung mata. Aaaah, apa yang aku lakukan tadi malam ? menangis semalaman ? Babo ! kau bodoh tan ! Aku menelungkupkan diriku diatas meja dan menekan mataku yang memanas ketika di tekan tapi aku menikmatinya. Sakit ini tak seberapa dibanding sakit dihatiku

-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“YAAMPPUUN TAAN ! kamu kenapaa ??” seperti biasa temenku yang satu ini, lebaynya minta ampun.

Aku tersenyum, “aku tidak apa apa ndah, hanya sedikit kecapekan tadi malem tidak sempat tidur”

“aduh, kan aku sudah bilang kalau mau nonton bokep ya toh tau waktu lah” selorohnya

“Huahahahhahaha, jangan samakan aku dengan pacarmu itu”

“Hey, jangan sangkut pautkan hyuk disini ya! Dia tak seperti yang kau bayangkan tapi seperti apa yang ku bayangkan heee, hihihi” indah memulai khayalannya dan mulai cengar cengir ga jelas.

Biarlah dia berada di dalam khayalannya. Mungkin asik bisa mempunyai kemampuan khayal setinggi Indah. Kalau saja Hyuk itu benar pacar dia, kalau saja itu semua bukan khayalannya semata mungkin akan sangat lucu dan bahagia melihat mereka berdua bersama.

Aku menatap sekeliling gedung kuliahku. Aku duduk di bawah pohon yang tinggi dan daunnya lebat, dan Indah duduk disebelahku masih meneruskan khayalannya. Semua ini tenang dan nyaman. Aku sangat berharap semua yang terjadi kemarin tak pernah terjadi. Aku menutup mataku merasakan udara, menghirupnya dan mendengarkan suara angin. Tapi semua itu serasa tak mungkin ketika banyak orang lalu lalang di sekitarku, tapi aku berusaha membuatnya mungkin. Karena aku membutuhkannya sekarang.

Untuk beberapa saat aku menutup mata, aku terus berusaha meredam suara orang berbicara dan orang berjalan dan tertawa dan berusaha mendengar suara angin dan merasakan kenyamanan ini. Sampai akhirnya, aku rasa aku berhasil. Aku bisa meredam suara mereka, celotehan, tawa dan langkah kaki mereka. Aku tersenyum puas dan menarik napas sekuat tenaga.

“Aku senang melihatmu tersenyum, teruslah tersenyum”

Aku menahan napas ku dan mengerutkan dahiku. Apa yang barusan kudengar. Sepertinya suara itu sangat aku kenal tapi tak mungkin. Apa yang ada diotak ku. Aku menggelengkan kepala dan menjitak kepalaku pelan berusaha menyadarkan diriku ke kenyataan.

“Berhenti melakukan itu hyemi-ssi. Aku tak tahan melihatnya.”

Aku yakin! SANGAT YAKIN! Itu Jungsoo! Aku membuka mataku perlahan dan apa yang aku lihat? Ini kenyataan atau mimpi? Apa-apaan ini semua? Kenapa dia ada disini berdiri didepanku dengan senyumnya dan dengan semua yang ada didirinya tak kurang satupun. Aku melihat kesekeliling mengecek aku tak bermimpi. Aku melihat kesamping dan mendapati Indah sedang melongo menatap ke arah Jungsoo dan aku melihat semua orang bahkan bisa dibilang satu orang yang berada di gedung kuliah ku berhenti melakukan aktifitas dan melihat dengan jelas, dengan terpana orang yang berdiri di depanku. Bahkan aku bisa merasakan tatapan mereka memuja kearah Jungsoo.

“hyemi-a, kau tak sedang bermimpi. Ini aku, Oppa-ya” Jungsoo meyakinkanku dan mendekatiku lebih dekat bahkan duduk disampingku dan tersenyum.

Senyum itu, senyum malaikat itu, senyum yang aku lihat ketika pertama kali aku bertemu dengannya. Dia, Jungsoo, Oppa, benar disampingku dan ini semua yang jelas bukan mimpi!

Aku memelototinya tanpa kedip

“Lihat, apa yang sudah aku lakukan padamu” dia mengelus mataku yang mungkin masih terlihat memerah dan sedikit bengkak, lalu ia memegang tanganku dan menggandengnya.

“Ayo, sepertinya kita harus mencari waktu berdua” ia menarikku dan membawa ku keluar dari gedung kuliah diikuti berjuta tatapan. Iri, terharu, membunuh. Tapi, yang jelas aku lihat adalah tatapan iri.

----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

“Maaf Oppa, aku tak tau ini membuatmu bahagia atau menyakitimu aku tak tau. Tapi aku tau ini yang terbaik untukku dan pasti ini sangat terbaik untukmu”

“Apa yang kau katakan hyemi? Hentikan omong kosong ini! Untuk apa aku terbang jauh dari korea kesini dan menghancurkan semua jadwal ku hanya untuk berbaikan denganmu? Apakah pengorbananku itu tak bisa kau lihat? Kurang?”

“Tidak Oppa, sampai kapanpun kita tak akan pernah cocok. Tak ada takdir diantara kita. Takdir yang ada bahkan menyakiti satu sama lainnya. Yang kau butuhkan bukan yang kau inginkan. Yang kau inginkan sudah pasti yang kau butuhkan. Kau membutuhkan ku tapi kau menginginkan Hye ra dan kau membutuhkannya. Sudah terlihat dengan jelas. Aku tak bisa berada disampingmu disaat kau jatuh sedikitpun. Ketika kau senang, sedih, stress. Aku tak ada disampingmu. Aku hanya bisa menjadi orang yang melengkapimu tapi tak akan pernah menjadi yang kau inginkan. Hye ra adalah segalanya bagimu dan kau menemukannya sekarang.”

“Hyemi! Hentikan! Kau berbicara ngawur! Hye ra bukan siapa siapa ku dan tak akan pernah menjadi siapa siapaku!”

“Oppa, aku tau apa yang kau rasakan. Jangan pernah berpikir kasihan padaku. Aku baik baik saja, pasti. Aku akan selalu mendukung segala yang kau lakukan. Ya oppa ?” aku menghampirinya yang menunduk dan memegang wajahnya. Untuk beberapa detik tatapan kami bertemu. Aku bisa merasakan dimatanya. Keraguan, kehancuran, dan kesedihan. Aku tak bisa menahan tangisku lagi ketika aku menatapnya. Dia menghapus air mataku sambil menggeleng. Aku tersenyum dan memeluknya, anggap ini pelukan untuk terakhir kalinya dan doakan untuk kebahagiannya. Dia memelukku dengan erat hingga aku tak bisa bernapas karena sesak. Dia memelukku dengan dalam, dengan berjuta perasaan yang ia luapkan. Ia tak menangis tapi aku tau dia hancur. Dia hanya belum tau apa yang dia mau, aku hanya memperjelas apa yang ia mau. Aku melepas kan pelukannya

“selamat tinggal Oppa. Jaga dirimu dan kesehatanmu. Ha, apa yang aku lakukan, tangisanku tak berhenti hehe.” Aku tersenyum sambil menghapus air mata yang tak kunjung habis.

Dia menatapku dengan dalam dan aku berbalik. Dia menarik tanganku, tapi aku tak berbalik.

“Kau yakin dengan semuanya hyemi-ya? Aku tak akan bisa tanpamu.” Bisiknya lirih. Lalu ia memelukku dari belakang dan berbisik “saranghaeo hyemi"

Aku melepaskan diri dari pelukannya dan berlari sejauh yang aku bisa. Aku tak bisa melihat wajahnya dan mengatakan bahwa aku menginginkannya dan tak ingin semua ini terjadi. Tapi semua ini terjadi tak akan bisa kembali

No comments:

Post a Comment